lirikcinta.com
a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 #

lirik lagu seharusnya/sepantasnya – normatif

Loading...

kita kan berjaya bersama dalam cahaya
menuai luka derita jadi surga
berlabuh di tempat yang lebih terpuja
bertumpu pada dirinya

persembahkan diriku
cahaya duniamu
yakinlah diriku
takdir utusan untukmu
berilah kuasamu
permudahkan langkahku
kuatkanlah diriku
mengantarkan darmamu

berseru sebut namaku
tuturkan peraduanmu
pantaskah diriku?

[spoken word: “duckworth”]
mari kita ulurkan tangan
pada bibir*bibir yang bergelut ujaran
bergulat pada kebencian
di tanah nirvana semua warna adalah sama
di bawah bendera yang berbeda
biarkan teriakan dosa itu berkutat pada ahli khotbah yang paling suci
atas nama distorsi
(lambat laun kau akan mengerti)
demonstrasi pen0batan ras yang abadi
disiarkan langsung dari sosial media
terlepas dari ragam berita
dari sejuta warna berbeda
dan makna yang sama
mencuat sеbuah nama
pada politik yang anti kritik
pada limbah plastik yang pekik
pada tren busana yang merana
pada budaya yang tak bеrdaya
teruntuk pemuja nama sosial
puja puji dunia maya
beribadah pada garis waktu
oleh para bedebah
jangan empati
sebelum imaji
kurang abadi

tempat ibadah sudah berdiri tegak
atas nama yang dipuja dan dipuji
yang tersisa adalah sepotong imaji
pasang surut menghadapi laut yang berdiri tegak
layar terkembang
pelayaran tak berlabuh
terjang menerjang ragu yang tak kunjung hilang
pada kicauan pilu burung camar
tak ada yang mendengar dan menerima sadar
takdir yang enggan berlaut
terombang ambing janji
di antara buritan dan kemudi
tak kunjung sampai
pelabuhan karang imaji
belum selesai
belum sampai
ketika huk*m rimba belum menjadi peluru yang berlari
jiwa yang tenggelam
semakin mabuk laut yang dalam
merasuki ragu yang semakin kelam
terdampar di atas sebab
terbenam di bawah akibat
diselamatkan malam
dikepung huk*m rimba
kelopak bunga yang diterkam paru burung
susu sapi yang diperas taring
yang hilang semakin jalang
yang dikekang meronta menjadi bajingan

peristiwa hutan kota
di dalam keadilan yang dipilih adalah kemaluan
mem*n*siakan m*n*sia dengan huk*m rimba
pertanyaan sudah dikeluarkan
keraguan bukan jawaban
kegilaan adalah jembatan
seruan yang sama
seruan yang seharusnya
puja*puji pendosa

yang berlabuh pada pemberontakan sunyi
rekonsiliasi ras berbeda
tempat ibadah virtual bersama
karam dalam ombak
arung laut tegang tak henti temu tenang
menerima tanda*tanda
m*n*sia sudah dihuk*m dengan cara rimba
teriakan yang tertindas tak tentu arah
ujaran pasrah
jabatlah tangan sang pencerah
sambangi jalan yang merekah

selamat datang di dunia baru
dunia yang seharusnya
dunia yang sepantasnya

lirik lagu lainnya :

YANG LAGI NGE-TRENDS...

Loading...